Tito Ngeri Surplus Beras Jadi ‘Mainan’, Minta Satgas Panggil Pengusaha

Tribun Erogar Papua – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian khawatir surplus beras Indonesia akan jadi ‘permainan’ pengusaha alias pedagang besar yang akan memengaruhi stok dan harga di pasaran.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ada 3,45 juta ton produksi beras pada Maret 2024 dan 4,92 juta ton pada April 2024. Dengan asumsi konsumsi rata-rata 2,5 juta ton per bulan, Kementan mencatat akan ada surplus total 3,32 juta ton pada dua bulan tersebut.

“Ini harga, kalau angka jumlah produksi disebutkan, akan mempengaruhi sentimen pasar. Para pedagang sudah mulai mikir mereka menahan akan percuma. Tapi yang perlu dijaga, Kementerian Perdagangan, Bulog, serta Satgas Pangan Polri supaya penyerapan terutama Bulog bagaimana menyerap produksi dalam negeri ini,” tuturnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, dikutip dari YouTube Kemendagri, Senin (18/3).

“Jangan sampai dilepas begitu saja nanti akan dibeli oleh para pedagang besar dan mereka membeli di atas harga yang dipatok Bulog dari pemerintah. Sehingga beras ini produksinya banyak tapi dikuasai pedagang besar, setelah itu mereka menyimpan, menahan dulu, sampai agak kurang (stok), harga naik baru dilepas (ke pasar),” khawatir Tito.

Tito paham memang tidak mungkin semua produksi petani dalam negeri diserap Bulog. Akan tetapi, ia berpesan jangan sampai banyak yang dikuasai para pedagang besar atau swasta.

Ia juga meminta Kemendag mengatur dari sisi harga. Mendagri Tito ingin ada keseimbangan yang didapat sehingga petani tetap untung, tetapi konsumen tidak keberatan.

“Dari Satgas Pangan Polri menjaga betul mungkin bersama-bersama Kemendag dan Kementerian Pertanian, pedagang besar perlu diimbau dan dikumpulkan supaya mereka tidak menahan (stok beras). Segera begitu mereka menyerap dari petani kemudian disalurkan dan diperjualbelikan di pasar dengan harga lebih rendah,” pinta Tito.

“Prinsipnya jangan terjadi moral hazard yang didominasi atau dimonopoli pihak-pihak tertentu dan mendikte harga, sehingga produksi surplus (beras) tidak menurunkan (harga). Ini perlu juga pengawasan penegak hukum, Polri dan Kejaksaan (Agung),” tambahnya.

Tito lantas bertanya kepada Bulog bagaimana skema penyerapan gabah dari para petani tersebut.

Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Epi Sulandari mengatakan pihaknya punya dua mekanisme dalam menjalankan perintah pemerintah untuk menyerap beras petani lokal.

Pertama, penyerapan untuk cadangan beras pemerintah (CBP). Epi mengatakan Bulog bakal mengikuti tata aturan yang ditetapkan penyelenggaraan CBP, mulai dari harga, bagaimana beras masuk ke gudang, standar kualitas, pengemasan, hingga penyebaran ke masyarakat.

Kedua, mekanisme untuk beras komersial. Bulog akan menyerap hasil panen para petani tersebut sesuai harga pasar.

“Dan nanti akan kita simpan dan sebarkan juga antarwilayah kalau diperlukan perdagangan antara Kantor Wilayah (Kanwil) Bulog,” jelas Epi.

Sumber : CNN Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *